ANALISA PROTEIN
Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien. Tidak seperti bahanmakronuttrien lain (lemak
dan karbohidrat), protein ini berperan lebih penting dalam pembentukan
biomolekul daripada sebagai sumber energy.Keistimewaan
lain dari protein ini adalah strukturnya yang mengandung N, disamping C,H, dan O. Dengan
demikian maka salah satu cara terpenting yang cukup spesifik untuk menentukan jumlah-jumlah protein secara kuantitatif adalah dengan penentuankandungan
N yang ada dalam bahan makanan atau bahan lain.Karena molekulnya yang lebih besar (berat molekulnya sampai mencapai
jutaan), maka protein mudah sekali mengalami perubahan bentuk
fisik ataupun aktivitas biologisnya.Banyak
agensia yang dapat menyebabkan perubahan sifat alamiah protein, misalnya panas,
asam, basa, solven organic, garam, logam berat, radiasi sinar radioaktif.
Perubahansifat
fisk yang mudah diamati adalah terjadinya penjedalan (menjadi tidak larut) atau pemadatan.
Di alam umumnya terdapat 20 jenis asam amino (untuk protein tertentu
terdapat 25 jenis); ratusan atau bahkan ribuan unit
asam-asam amino yang berbeda-beda inimenyusun
molekul protein, oleh sebab itu secara matematis, jenis protein di alam inidapat
dikatakan tak terhinggan jenisnya.Protein dalam bahan biologis biasanya
terdapat dalam bentuk ikatan fisis yang renggangmaupun ikatan kimiawi yang lebih erat dengan karbohidrat atau lemak.
Karena ikatan-ikatan ini maka terbentuk senyawa-senyawa glikoprotein dan
lipoprotein yang memiliki peranan besar dalam penentuan sifat-sifat fisis
aliran bahan (Rheologis).
Misalnya
padasystem emulsi makanan dan adonan roti. Dalam adanya pemanasan, protein
dalam bahan makanan akan mengalami perubahan danmembentuk persenyawaan dengan bahan lain, misalnya antara asam amino
hasil perubahan protein dengan
gula-gula reduksi yang membentuk senyawa rasa dan aromamakanan, protein
murni dalam keadaan tidak dapat dipanaskan hanya memiliki rasa danaroma yang
tidak berarti.Berdasarkan uraian dimuka, maka tujuan analisis protein dalam
bahan makanan adalah :
1.Menera jumlah kandungan protein dalam bahan makanan
2.Menentukan tingkat kualitas protein dipandang dari sudut gizi
3.Menelaah protein sebagai salah satu bahan kimia misalnya secara biokimia,
fisiologis,rheologis, ensimatik, dan telaah lain yang lebih mendasar.
Dipandang dari peranan protein dalam jasad hidup, berbagai jenis protein
dapatdikelompokkan
sebagai berikut :
1.Protein yang terdapat dalam plasma darah, cairan limfa, dan cairan tubuh
yang lain
2.
Protein
konstraksi
3.Protein pernafasan
4.Enzim
5.Hormon
6.Protein persediaan makanan
7.Protein inti sel
8.Senyawa musin dan sebangsanya (mukoid)
9.Kolagen
10.Keratin
Berdasarkan sifat fisioko-kimiawi terutama sifat kelarutannya, maka garis
besar kelompok protein sederhana adalah sebagai berikut :
1. Albumin : protein larut dalam air
2. Globulin : protein
yang tidak larut dalam air, akan tetapi larut dalam lautan garamencer
3. Prolamin: protein
larut dalam ethanol 70-80%, tidak larut dalam air, larutan garamdan
ethanol murni
4. Glutelin : tidak larut dalam air, garam ataupun
ethanol, larut dalam larutan alkalisatau asam encer
5. Scleroprotein : tidak larut dalam air, larutan garam
encer dan solven organic
6. Protemine dan
histone : protein yang bersifat alkalis, larut dalam air dan larutangaram
Analisa protein dapat dilakukan
dengan beberapa metode, antara lain:
1.
Metode Kjedahal
Penentuan kadar
protein metode semimikro kjeldahl adalah penentuan protein kasar ( Crude
Protein ) hal ini dikarenakan protein
mengandung unsur N, dan jumlah proteindapat diperhitungkan atas dasar
kandungan rata-rata unsur N yang ada dalam protein.Kelemahan metode semimikro
kjeldahl ini adalah tidak semua jenis protein mengandung jumlah N yang sama, dan kelemahan lainnya adalah adanya senyawa
lain yang bukan protein yang mengandung unsur N meskipun jumlah biasanya
jauh lebih sedikit dari protein.Berdasarkan
hasil pengamatan dan perhitungan serta membandingkan dengan data hsilanalisa
dari kelompok lain, maka nilai kadar persentase protein dari sample sosis
adalah14,2003%.
Cara analisa
protein dengan menggunakan metode kjeldahl dapat
dibedakan atas dua cara, yaitu cara makro dan semimakro.
1. Cara makro
Kjeldahl digunakan untuk contoh yang sukar dihomogenisasi dan besar contoh 1-3
g.
2. Cara
semimikro Kjeldahl dirancang untuk contoh ukuran kecil yaitu kurang dari 300 mg
dari bahan yang homogen.
alat :
2.
Metode Bradford
Salah satu
prosedur analisa kandungan protein dalam larutan adalah menggunakan metode
Bradford yang pertama kali dideskripsikan oleh Bradford (Bradford et al.,
1976). Metode ini lebih simple, lebih cepat dan lebih sensitif dibanding metode
Lowry, selain itu Bradford juga lebih tahan terhadap interferensi senyawaan
nonprotein.
Metode
Bradford didasarkan pada pengikatan zat warna Coomassie Blue G-250 ke
protein, dimana zat warna ini memiliki empat formasi ion berbeda dengan nilai
pKa 1.15, 1.82 dan 12.4. Bentuk kationik zat warna ini berwarna merah dan hijau
dengan panjang gelombang serapan (absorbansi) maksimum pada 470 dan 650 nm.
Sedangkan bentuk anioniknya berwarna biru dengan absorbansi maksimum 590 nm.
Pengukuran proteinnya sendiri dilakukan dengan menentukan jumlah zat warna
dalam bentuk anionik (biru), dan biasanya hal ini dilakukan dengan mengukur
absorbansi larutan pada 595 nm.
Zat warna Coomassie Blue G-250 bereaksi cepat dengan residu arginil dan lysil
dari protein, sehingga hal ini menyebabkan adanya variasi hasil pengukuran
untuk jenis protein yang berbeda-beda. Protein dengan residu arginil dan lysil
yang lebih banyak tentu akan menghasilkan warna biru yang lebih intens
dibanding protein yang residu arginil dan lysilnya lebih sedikit meskipun
jumlah proteinnya sama. Namun secara umum metode Bradford masih merupakan
metode yang paling sesuai dan paling umum digunakan.
Ada dua
jenis assay protein dengan metode Bradford, yaitu Standard Assay –cocok
untuk pengukuran kadar protein antara 10 sampai 100 µg– dan Microassay
yang dapat mendeteksi antara 1 sampai 10 µg protein. Konsekuensinya microassay
lebih rentan terhadap interferensi senyawaan nonprotein.
alat :
Material
yang digunakan :
Pereaksi
(Reagent)
Pereaksi yang digunakan dibuat dengan melarutkan 100 mg Coomassie Blue G-250
dalam 50 ml ethanol 95%. Larutan ini kemudian dicampurkan dengan 100 ml asam
fosfat 85% dan diencerkan sampai volume 1 L dengan aquadest. Pereaksi ini harus
difilter dengan kertas saring Whatman no. 1 dan disimpan dalam botol amber
(gelap) di suhu ruang. Pereaksi ini stabil hingga beberapa minggu, namun jika
terbentuk endapan ketika penyimpanan, maka harus difilter lagi saat hendak
digunakan.
Standar
Protein
Bovine γ-globulin dengan konsentrasi 1 mg/ml (atau 100 µg/ml untuk microassay)
digunakan sebagai larutan stok (disimpan beku pada suhu -20oC). Konsentrasi
protein larutan standard harus diukur sebelum digunakan dengan mengukur
absorbansinya pada 280 nm. Absorbansi larutan Bovine γ-globulin 1mg/ml pada
cuvet 1 cm adalah 1.35. Jika yang digunakan adalah Bovine Serum Albumin (BSA)
atau Ovalbumin, maka absorbansinya masing-masing adalah 0.66 dan 0.75.
Alat Gelas
dan Plastik
Alat gelas dan plastik yang digunakan harus benar-benar bersih dan bebas
detergen. Jangan menggunakan cuvet silika (Quartz) untuk pengukuran
spektrofotometer karena zat pewarna dapat terikat pada bahan ini.
Standard
Assay
·
Pipet 100 µl sample yang mengandung kira-kira 10 – 100
µg protein. Jika perkiraan konsentrasi proteinnya tidak diketahui, maka bisa
dibuat beberapa seri pengenceran (1, 1:10, 1:100, 1:1000, dst). Siapkan secara
duplo.
·
Untuk kurva kalibrasi, buatlah seri larutan standard
100, 200, 400, 600, 800 dan 1000 µg/ml. Lalu pipet masing-masing 100 µl ke
dalam tabung. Siapkan blanko dengan aquadest 100 µl.
·
Tambahkan 5 ml pereaksi Bradford ke dalam
masing-masing tabung sample dan standard, campur dengan membolak-balik tabung
atau divortex secara perlahan. Hindari terbentuknya busa karena akan mengurangi
reproducibility-nya. Inkubasi selama 2 sampai 60 menit.
·
Ukur absorbansi sample dan standard pada panjang
gelombang 595 nm.
Catatan:
·
Standard 100 µg akan memberikan absorbansi sekitar
0.4.
·
Kurva standard-nya tidak linear, dan presisi
absorbansinya bervariasi bergantung pada lamanya inkubasi. Jadi kurva kalibrasi
harus dibuat untuk setiap assay.
Microassay
·
Pipet 100 µl sample yang mengandung kira-kira 1 – 10
µg protein ke dalam tabung Eppendorf 1.5 ml. Jika perkiraan konsentrasi
proteinnya tidak diketahui, maka bisa dibuat beberapa seri pengenceran (1,
1:10, 1:100, 1:1000, dst). Siapkan secara duplo.
·
Untuk kurva kalibrasi, buatlah seri larutan standard 10,
20, 40, 60, 80 dan 100 µg/ml. Lalu pipet masing-masing 100 µl ke dalam tabung.
Siapkan blanko dengan aquadest 100 µl.
·
Tambahkan 1 ml pereaksi Bradford ke dalam
masing-masing tabung, campur dengan membolak-balik tabung atau divortex secara
perlahan. Hindari terbentuknya busa karena akan mengurangi reproducibility-nya.
Inkubasi selama 2 sampai 60 menit.
·
Ukur absorbansi sample dan standard pada panjang
gelombang 595 nm. Nilai absorbansi untuk sampel yang mengandung 10 µg
γ-globulin adalah 0.45.
daftar pustaka :
http://ml.scribd.com/doc/31583959/Analisa-Protein-Metode-Kjedahl diunduh pada 5 oktober 2012 pukul 20.18
http://helmutinfo.blogspot.com/2012/06/analisa-bahan-makan-analisa-protein.html diunduh pada 5 oktober 2012 pukul 20.39
http://sciencebiotech.net/analisa-protein-dengan-metode-bradford/ diunduh pada 5 oktober 2012 pukul 20.45